Sungguh durhaka kau, Malin Kundang. Kau tak mau menganggapku sebagai ibumu.Aku kutuk kau menjadi batu!" seru ibu Malin Kundang. Olala, doa ibu Malin Kundang langsung dikabulkan Tuhan. Seketika, Malin Kundang bersama kapalnya pun berubah menjadi batu. Pesan moral dari cerita Malin Kundang adalah jadilah anak yang baik dan patuh kepada orang tua.
sangkuriang1982 full movie youtube. nurul hikmah hidayat naskah dialog legenda malin kundang. cerita rakyat sangkuriang legenda jawa barat digital. contoh narrative text legenda tangkuban perahu and. contoh narrative text malin kundang dalam bahasa inggris. dialog drama sangkuriang docx scribd com. sangkuriang legenda wikipedia bahasa
MalinKundang minangka bocah sing rajin, dheweke nulungi gaweane ibune supoyo saget ngurangi beban wong tuwone. Nganti sawijining dino, bapakne lelayaran. Nanging sawise dino kasebut, ora keprungu maneh kabare. Wis pirang-pirang taun kepungkur, ibune Malin Kundang saiki rajin makaryo dhewe kanggo ngyonggo awake dhewe lan Malin.
Berikutringkasan cerita malin kundang: Malin kundang hidup dengan kasih sayang ibunya. Salah satunya adalah dongeng cerita rakyat malin kundang. Malin Pun Tumbuh Jadi Anak Yang Rajin Dan Penurut. Mande rubayah sangat menyayangi dan memanjakan malin.
CeritaRakyat Bahasa Jawa Malin Kundang Lengkap Dan Unsur Instrinsik Cerita Rakyat Legenda Danau Toba Lengkap Dengan Gambar - Ceritain Bergambar Cerita Rakyat Bahasa Jawa Malin Kundang, Unsur Intrinsik Cara Menggambar dan Mewarnai Tema Cerita Rakyat SANGKURIANG - GUNUNG TANGKUBAN PERAHU yang Bagus - YouTube
Ceritarakyat malin kundang bahasa jawa ini, telah memberi inspirasi sebuah karya seni di pantai air manis, sumatera. Sakwise kuwi, awak malin kundang kaku lan banjur dadi watu sing nyiji karo karang. Suatu hari, di pantai utara sumatera tinggal seorang wanita miskin dan anaknya. Hormatilah dan sayangilah orangtuamu terutama ibumu.
Yy8n. Sewaktu kecil, kamu pasti sering mendengar dan membaca dongeng nusantara "Malin Kundang", entah di sekolah atau sebelum tidur. Sekarang, giliran kamu yang membacakan cerita Malin Kundang, dongeng dari Padang, Sumatera Barat itu kepada buah Kundang selalu digunakan untuk pengingat untuk anak kala tidak menurut. Ini adalah kisah anak durhaka yang dikutuk menjadi batu. Lalu, bagaimana cerita Malin Kundang ini, ya? Yuk simak ceritanya di bawah ini!1. Di Perkampungan Pantai Air Manis, hiduplah Mande Rubayah dan anak laki-lakinya, yaitu Malin KundangIlustrasi ibu dan anak laki-laki ElliottDahulu kala di Perkampungan Nelayan Pantai Air Manis, hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya, Malin Kundang. Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin. Malin pun tumbuh jadi anak yang rajin dan Mande Rubayah mulai menua, ia hanya bekerja sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit. Tubuh Malin mendadak panas sekali. Mande Rubayah pun berusaha sekuat tenaga menyelamatkan usaha keras ibunya sampai mendatangkan tabib, nyawa Malin berhasil diselamatkan. Setelah sembuh, ibunya semakin sayang kepada Malin. Begitu pula dengan Malin, ia yang amat menyayangi Setelah dewasa, Malin berpamitan kepada ibunya untuk pergi merantau bersama kapal besarIlustrasi kapal besar Nguyen VinhKapal besar setahun sekali merapat ke Pantai Air Manis. Ketika sudah dewasa, Malin meminta izin ibunya untuk merantau dengan kapal itu. Awalnya ibunya ragu. Tapi dengan berat hati, akhirnya ia mengizinkan anaknya pun pergi berbekal tujuh bungkus nasi yang dibalut daun pisang dari ibunya. Malin juga menenangkan ibunya bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada dirinya di Mande Rubayah selalu mendoakan anaknya agar selamat di pelayarannyaIlustrasi berpisah Stock projectSetelah kepergian Malin, hari-hari terasa berjalan lambat bagi Mande Rubayah. Ia selalu memandang ke laut dan mendoakan anaknya agar selamat dalam Rubayah selalu menanyakan kabar Malin setiap ada kapal besar yang merapat. Namun, jawaban dari nahkoda dan awak kapal tidak ada yang memuaskannya. Malin pun tidak pernah menitipkan barang atau pesan apa Ibu Malin yang semakin tua, mengharapkan anaknya segera kembali kepadanyaIlustrasi ibu berdoa dan berharap Mande Rubayah yang tak putus-putusnya itu, terus dilakukan sampai ia semakin menua. Tubuhnya mulai dimakan usia dan jalannya mulai terbungkuk-bungkuk."Ibu sudah tua, Malin. Kapan kau pulang?" rintih Mande Rubayah tiap malam. Namun, Malin tak juga datang mengunjungi ibunya. Nahkoda kapal yang membawa Malin pun, membawa kabar kalau Malin sudah menikah dengan gadis Harapan Mande Rubayah terkabul. Ada kapal megah dan indah merapat ke pantaiIlustrasi kapal merapat AhmadKeyakinan Mande Rubayah diaminkan dengan kedatangan kapal megah. Penduduk perkampungan menyambut gembira kapal itu. Mereka berkumpul di sekitar kapal itu karena mengira itu milik sultan atau Rubayah pun turut berdesakan di dekat kapal. Ia melihat sepasang muda-mudi di anjungan kapal. Pasangan itu mengenakan baju berkilau dan tersenyum. Ibu Malin itu, mengetahui bahwa lelaki muda itu adalah anaknya. Baca Juga Ini 6 Pelajaran Penting tentang Dongeng di 'It's Okay to Not be Okay' 6. Mande Rubayah menyambut dan memeluk Malin karena takut kehilangan anaknya lagiIlustrasi ibu memeluk anak laki-laki Stock projectIbu Malin mendahului sesepuh kampung untuk menghampiri Malin. Ia langsung memeluk erat-erat seakan takut kehilangan anaknya lagi. Isak tangis Mande Rubayah pun pecah."Malin, anakku. Kau benar anakku, kan?" kata Mande. "Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?" katanya lagi. Malin terkejut disambut oleh perempuan tua dan berpakaian compang-camping. Ia tak percaya bahwa perempuan itu Istri Malin merendahkan ibunya. Malin pun tidak mengakui ibunyaIlustrasi marah ezzMalin mengingat ibunya adalah perempuan tegar dan kuat menggendongnya ke mana saja sehingga ia tak percaya dengan orang yang memeluknya. Malin tidak sempat berpikir karena istrinya langsung mengatakan hal yang merendahkan."Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku?" ucapnya sinis. "Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?" tanyanya perkataan istrinya, Malin pun mendorong Mande Rubayah hingga terguling ke pasir. Ibu Malin tidak percaya akan perlakuan anaknya. Ia jatuh dan berkata, "Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?"8. Malin bersikap kasar kepada ibunya dan meninggalkan Pantai Air ManisIlustrasi kapal berlayar tidak peduli perkataan ibunya. Ia tidak mau mengakui ibunya karena malu kepada istrinya. Mande bersujud di kaki Malin dan hendak memeluk kakinya. Namun, Malin malah menendangnya."Hai, perempuan gila! Aku bukan anakmu! lbuku tidak seperti engkau, melarat dan kotor!" kata Malin kepada ibunya. Mande Rubayah pun pingsan. Ketika ia tersadar, pantai sudah sepi dan kapal Malin sudah pergi Mande Rubayah berdoa dengan pilu dan cuaca pun tiba-tiba berubahIlustrasi kilat PlenioHati Mande Rubayah perih seakan ditusuk-tusuk. Ia tak menyangka anak laki-laki kesayangannya, tega kepada ibunya sendiri. Ia menengadahkan tangan ke langit dan berdoa dengan hati pilu.“Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi, kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil cuaca di tengah laut yang cerah berubah menjadi gelap. Hujan lebat turun. Badai dan petir menghantam kapal Malin Badai menghancurkan kapal Malin Kundang dan tampak sebongkah batu menyerupai tubuh MalinBatu Malin Kundang yang datang tiba-tiba itu, menghancurkan kapal Malin Kundang hingga berkeping-keping. Puing kapalnya terbawa sampai ke pantai. Pagi harinya, terlihat puing kapal Malin Kundang yang terdampar telah menjadi Malin Kundang pun turut menjadi batu. Ia dikutuk oleh ibunya karena durhaka. Di sela-sela batu, ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri berenang. Ikan itu berasal dari tubuh istri Malin yang mencari cerita Malin Kundang yang durhaka terhadap ibunya. Pesan yang bisa disampaikan ke anak dari kisah ini adalah sayangilah orangtua ketika gembira atau sedih. Jangan lupakan jasa mereka yang telah menyayangimu! Baca Juga Pentingnya Media Dongeng pada Masa Tumbuh Kembang Anak
Cerita Rakyat Indonesia Malin Kundang sudah beberapa kali kakak posting di blog ini. Ini merupakan versi terpendek atau bisa dibilang cerita rakyat pendek dari cerita rakyat Malin Kundang. Bagi adik-adik yang belum tahu legenda batu Malin Kundang, membaca posting Kakak kali ini akan menambah wawasan kalian. Selain dongeng Maling Kundang kakak juga akan menceritakan salah satu cerita rakyat dunia dari Yunani, ceritanya seru dan memiliki pesan moral yang baik. Selamat membaca. Dongeng Sumatera Barat Cerita Rakyat Indonesia Malin Kundang Cerita Rakyat Indonesia Malin Kundang Di sebuah desa di Sumatra Barat, seorang ibu hidup dengan anaknya yang bernama Malin. Anak tersebut nakal, tetapi cerdas. Bekas luka di punggung tangan kanan Malin Kundang menjadi pertanda bagi ibunya. Suatu hari, Malin meminta izin kepada ibunya untuk merantau. la berjanji kepada ibunya untuk kembali jika telah menjadi pedagang yang kaya raya. Ibunya tentu saja tidak mengizinkannya. Ibunya teringat sang suami yang tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Namun, Malin berusaha meyakinkan sang ibu yang akhirnya rela melepaskan kepergian anaknya. Malin Kundang merantau dengan menumpang sebuah kapal milik saudagar kaya raya. Selama di atas kapal itu, Malin belajar banyak kepada para awak kapal. Sampailah Malin di pulau yang sangat subur. Ia bekerja pada saudagar di sana. la pun menetap dan bekerja di sana. Malin sangat rajin, sehingga la diangkat menjadi pekerja kesayangan. Saudagar itu pun menikahkan anaknya dengan Malin. Malin pun menjadi orang yang kaya raya. Suatu hari, Malin dan rombongannya pergi berlayar ke kampung halamannya. Ibu Malin sangat gembira ketika melihat sebuah kapal besar bersandar di dermaga. la melihat sepasang suami istri berpakaian mewah berdiri di geladak kapal. la yakin bahwa pemuda itu adalah anaknya, karena melihat bekas luka di punggung tangan sang pemuda. “Malin Kundang, Anakku, kau pulang! Kenapa sangat lama kau baru kembali, Nak?” seru sang ibu yang memeluk Malin. Malin sangat terkejut melihat seorang perempuan tua lusuh tiba-tiba memeiuknya. Dilepaskannya rangkulan perempuan itu dengan kasar. Sang istri bertanya siapakah perempuan lusuh tersebut. Dengan angkuhnya Malin menjawab, “Entahlah, Dik. Kanda rasa ia adalah oang gila yang mengaku-ngaku sebagai ibuku”. Sebenarnya, Malin tahu bahwa perempuan itu adalah ibunya. Namun, ia sangat malu mengakui hal itu di depan istri dan anak buahnya. Ibu Malin sangat terluka. la tidak menyangka anaknya tega berlaku kasar dan tak mengakuinya sebagai ibu. la sangat sedih hingga terucap, “Jika ternyata benar kau adalah Malin anakku, biarlah kau menjadi batu!”, Malin Kundang justru tertawa mendengar ucapan ibu tua itu. la segera memerintahkan awak kapal untuk meninggalkan dermaga. Namun, ketika kapal besar itu mulai meninggalkan dermaga, tiba-tiba datanglah badai yang dahsyat. Badai itu menghantam kapal Malin hingga hancur. Di tengah kepanikan, tubuh Malin Kundang menjadi kaku dan mengeras menjadi sebuah batu. Sampai kini, batu Malin Kundang masih dapat diiihat di Pantai Ala Manih Air Manis, di Sumatra Barat. Pesan moral dari Cerita Rakyat Indonesia Malin Kundang adalah kita harus selalu menyayangi dan menghormati orangtua agar hidup kita dipenuhi kebaikan. Cerita Rakyat Dunia Dari Yunani Lelaki Pemberani Dan Petani Cerita Rakyat Dunia Dari Yunani Lelaki Pemberani Dan Petani Beberapa penduduk sedang membicarakan nasib penduduk desa tetangga yang diteror oleh seekor singa. Singa itu telah memakan banyak hewan ternak milik penduduk desa tetangga. Mereka takut singa itu akan datang ke desa mereka. “Apa? Kalian takut pada singa? Kalau aku sama sekali tidak takut. Justru aku sangat ingin bertemu dengan seekor singa. Aku akan membunuhnya dengan pedangku. Besok, aku akan pergi berburu singa itu. Aku akan menemukan singa itu dan membunuhnya. Aku akan menghilangkan ketakutan penduduk desa,” kata seorang lelaki. Esoknya, lelaki itu pergi seorang diri. la membawa senapan dan pedangnya. la kelihatan gagah berani. Penduduk desa bangga sekali melihat lelaki itu. “Beruntung sekali kita punya lelaki seberani dia. Dia akan menjauhkan kita dari marabahaya,” kata seorang penduduk desa. Lelaki pemberani telah sampai di pinggir hutan. la berpikir singa pasti bersarang di sekitar situ. la bertanya pada seorang petani yang kebetulan berada di sekitar situ. “Petani, apakah engkau melihat jejak singa?” kata lelaki pemberani itu. “Ya, aku bisa mengantar kau jika ingin bertemu singa,” kata petani. Saat lelaki pemberani itu mendengar bahwa petani mengetahui tempat singa bersarang, ia berubah ketakutan. “Aku tidak ingin bertemu singa,” kata lelaki itu gemetaran. “Aku hanya ingin melihat jejaknya saja,” katanya. Petani pergi sambil mencibir lelaki yang sama sekali bukan pemberani itu. “Memang mudah jadi orang berani jika engkau berada jauh dari bahaya. Tapi, saat dekat bahaya, engkau pasti takut,” kata petani menasihati si Ielaki. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Dunia Dari Yunani Lelaki Pemberani Dan Petani adalah jangan jadi anak sombong dan suka membanggakan diri. Jangan menganggap remeh apa-apa yang belum kamu ketahui. Carilah tahu dulu tentang segala hal yang akan kamu hadapi. Baca cerita rakyat maling kundang lainnya pada artikel berikut ini Cerita Dongeng Malin Kundang Cerita Rakyat SumBar dan Legenda Malin Kundang – Cerita Rakyat Sumbar
100% found this document useful 1 vote3K views3 pagesOriginal TitleCerita Rakyat Bahasa Jawa Malin © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote3K views3 pagesCerita Rakyat Bahasa Jawa Malin KundangOriginal TitleCerita Rakyat Bahasa Jawa Malin to Page You are on page 1of 3 Cerita Rakyat Bahasa Jawa Malin Kundang Kenalna jenengku Immanuel shintaAku arep nyritakake crita rakyat malin kundangAna kasebuta siji keluarga sing urip mlarat sakaembok lan anake sing duwe jeneng malin bapake wis tilar, si embok kudu tandhanggawe dhewe kanggo bisa nguripi Kundang yaiku anak sing pinter ning sethitik mbeling. Pas dhewekewes gedhe, malin rumangsa mesakne marang si emboke sing sasepranatandhang gawe kanggo nguripi dheweke. Banjur malin pamitan kanggomaran nggolek pegawean neng kutho gedhe.“ Mbok, aku kepingin lunga menyang kutha gedhe. Aku pengen kerja supoyo bisa bantu embok neng kene.” Tembung malin. “Aja tinggalake si mbok dhewe le, simbok mung duwe awakmu neng kene.” Jawabe simbok nolak.“Izinke aku lunga tho mbok, aku mesakne ndeleng si mbok terus tandhanggawe saprene.” Tembung malin. “ Yo wis le, ning elingya le ! ojok lalekne si mbok lan desa iki pas koe suksesneng kana.” Kanda si mbok karo malin budhal lunga menyang kutha gedhenggunakne sawijining kapal. Sakwise pirang-pirang taunsuwene tandhang gawe, Malin kedadeyan neng kutha paranane. Malin kundang saiki dadi wong sugih lannduweni akeh kapal dagang. Dheweke uga wes rabi karowedok ayu nek babagan malin kundang ding dadi wong sugih nganti menyangsimbok. Si mbok seneng banget ra karuan krungu warta kui. Dheweke sanulinunggu neng pantai sabendina, ngarep-arep anake bali lan ngalungguhandrajat mboke. Nanging malin ora tau teka. Sawijining dina, bojone malin pitakon ngenani emboke malin lan pengenketemu. Malin kundang ora isa nolak kekarepan bojo seng didemenane banget kuwi. Malin njagakne saben dalanane kasebut marang desanenggunakne siji kapale kang gedhe lan apik malin kundang teka menyang desane karo garwa lan anak keteken malin, si embok rumangsa bungah banget. Si embok mlayumenyang pantai kanggo cepet ndeleng anak sing didemenane balik.”Apa kuwi kowe le Malin, Anakku ?? Iki si embok le, kowe eling” pitakonesimbok.“ Malin anakku, kenopo kok lungo suwe tanpa ngirim warta ?” tureen karongekep malin garwane malin kaget ndeleng wong wadontuwa, mambu, kucel sing memeluk bojone. “Malin,wong wedok tuwa, mambu, kucel iki yaikuembokmu , malin ?” celathu bojoe rasa isin, malin kundang cucul kekepanesiemboke lan nyurung nganti tibo nang ngisor.“aku ora kenal kowe, wong wedok tuwa kere .”ujare malin.“Dasar wedok tuwa ora ngerti awak, sembarangwae ngaku dadi simbokku.” Banjur malin ujare anak kandunge mangkono, si embok rumangsa sedih lan nesu. Dheweke ora ngira, anak sing didemenane banget ngowah anak sengdurhaka.“Oh tuhan sing Maha Kuwasa, nek dheweke yaiku bener anakku, aku nyuwun wenehono azab nangdheweke lan dadekno dheweke dadi watu.”Sabdane si mbok Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Cerita Rakyat Malin Kundang adalah salah satu dongeng rakyat yang berasal dari Sumatera Barat yang sangat terkenal. Kisah ini selalu dijadikan contoh saat orang tua mengajarkan perilaku hormat dan taat pada orang tua. Yuk kita ceritakan dongeng asli nusantara ini malam nanti. Di pesisir pulau Sumatera, hiduplah seorang ibu beserta anaknya yang bernama Malin Kundang. Mereka hidup miskin dan serba kekurangan. Suatu hari, Malin Kundang ingin merantau ke pulau seberang. Ia berharap bisa menjadi orang kaya di sana. “Aku ingin merantau ke pulau seberang, Ibu. Di sana, pasti kehidupan kita akan menjadi lebih baik.” Permintaan izin Malin Kundang kepada ibunya. Sebenarnya, ibu Malin Kundang tak setuju. Tapi, tekad Malin Kundang sudah bulat. Ibu Malin Kundang pun tak bisa mencegah anaknya itu. Dengan menumpang kapal nelayan, Malin Kundang berangkat ke pulau seberang. Namun di tengah laut, tiba-tiba badai besar datang. Kapal yang dinaiki Malin Kundang pun terhempas ombak besar. Beruntung, Malin Kundang selamat. Ia terdampar di sebuah pulau yang sangat subur. Malin Kundang adalah anak yang rajin. Ia bekerja dengan tekun di pulau itu. Beberapa bulan kemudian, berkat kerja kerasnya, Malin Kundang menjadi orang kaya. Ia bisa membeli banyak kapal. Malin Kundang yang sudah menjadi kaya pun mempersunting seorang perempuan. Malin Kundang hidup bahagia bersama istrinya. Sayang, ia justru lupa dengan ibunya. Suatu hari, Malin Kundang dan istrinya pergi berlayar. Namun, kapal mereka bermasalah tepat di pesisir pulau Sumatera. “Sambil menunggu kapal kita diperbaiki, lebih baik kita berjalan-jalan dulu, suamiku,” ajak istri Malin Kundang. Malin Kundang dengan senang hati menuruti kemauan istrinya. Tiba-tiba, seorang perempuan tua berpakaian compang-camping mendekati Malin Kundang. “Malin Kundang anakku,” panggil perempuan itu. Istri Malin Kundang kaget. Selama ini, Malin tak pernah bercerita tentang ibunya. “Siapa perempuan tua itu? Apakah ia ibumu?” tanya istri Malin Kundang. Malin Kundang bingung. Jika ia mengakui perempuan itu sebagai ibunya, bisa-bisa istrinya meninggalkannya. “Bukan, ibuku sudah meninggal. Ia hanya seorang pengemis,” ucap Malin Kundang. Mendengar ucapan Malin Kundang. ibu Malin Kundang marah. Sungguh, hatinya sangat sakit mengetahui anaknya telah durhaka. “Sungguh durhaka kau, Malin Kundang. Kau tak mau menganggapku sebagai kutuk kau menjadi batu!” seru ibu Malin Kundang. Olala, doa ibu Malin Kundang langsung dikabulkan Tuhan. Seketika, Malin Kundang bersama kapalnya pun berubah menjadi batu. Pesan moral dari cerita Malin Kundang adalah jadilah anak yang baik dan patuh kepada orang tua. Jangan durhaka kepada orang tuamu. Sayangi mereka yang telah merawatmu selama ini. Legenda malin kundang lengkap dapat dibaca pada posting kami sebelumnya yaitu Cerita Rakyat Sumatera Barat Malin KundangCerita Rakyat Malin KundangLegenda Cerita Malin Kundang Asli Sumatera Barat IndonesiaCerita Malin Kundang SingkatCerita Rakyat Indonesia Malin KundangLegenda Malin Kundang – Cerita Rakyat SumbarCerita Rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat Navigasi pos
Cerita dongeng Malin Kundang merupakan cerpen cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat. Dongeng cerita rakyat malin kundang sangat lah terkenal di bumi pertiwi. Selain diceritakan secara turun temurun video cerita malin kundang juga sudah dibuat dalam berbagai versi. Blog saja sudah memiliki 2 versi yang berbeda dari cerita dongeng Malin Kundang. Bagi adik-adik yang belum pernah mendengar kisahnya, kakak ceritakan versi kedua dari cerpen cerita rakyat malin kundang. Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di daerah Padang, Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah amat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin adalah seorang anak yang rajin dan penurut. Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan ia dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh-sakit. Sakit yang amat keras, nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi. Kini, Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan anaknya pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu berangkatiah Malin Kundang ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian. Hari-hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut, “Sudah sampai manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu mendo’akan anaknya agar selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya. Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, kini ia jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda dulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu. Cerita Dongeng Malin Kundang Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…,” rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai. Orang kampung berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkiiauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah. Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat, ia takut kehilangan anaknya lagi. “Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” Malin terkejut karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang—camping itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata, “Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar. Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” Wanita tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. cerita dongeng legenda malin kundang Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya ditengadahkannya ke langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafhan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Laiu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. Sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia, terkadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri, “Ampun, Bu…! Ampuun!” konon itulah suara si Malin Kundang, anak yang durhaka pada ibunya. Pesan moral dari Cerita Dongeng Malin Kundang Cerita Rakyat SumBar adalah Hormatilah ibumu dan jangan perna mendurhakainya.
cerita rakyat bahasa jawa malin kundang